(Disampaikan oleh ukhti Hazimah ummu Fayyaz, 4 februari 2015, MTRI)
Pendahuluan
Islam telah melahirkan budaya ilmu dan peradaban manusia yang sangat tinggi, melalui wahyu yang merupakan sumber dari segala sumber Ilmu Pengetahuan, yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Islam telah memberikan tatanan nilai moral dalam sikap sehingga mampu mengantar upaya menciptakan iklim yang kondusif dalam rangka memusatkan manusia sebagai aktor perubahan dan peradaban. Dalam pengertian syari’at, ilmu yang benar adalah yang diperoleh berdasarkan sumber yang benar yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan penelitian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang disebut juga ayat-ayat kauniah, melahirkan rasa ketundukan kepada Allah swt.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. . Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori dan Muslim)
Urgensi menuntut ilmu
Amalan yang diterima oleh Allah swt adalah amalan yang ihsan (Ihsanul ‘amal), seperti firman Allah swt,
“ Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia mahaperkasa, maha pengampun” (QS. Al-Mulk 67:2).
“ Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya, untuk kami menguji Mereka, siapakah diantaranya yang terbaik perbuatannya” (QS. Al-Kahf 18:7)
Konsep ihsanul ‘amal adalah ikhlas karena Allah swt. Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjelaskan bahwa “diterimanya amal sholeh tergantung pada niat dan keikhlasan dalam tujuan”. Jadi, apabila seorang pelajar muslim selalu ikhlas, ia pasti meraih pahala yang besar dan selalu diberkahi dalam usahanya.
Imam Al-Ghazali berkata, “ Beberapa malam telah kau hidupkan dengan mengulang-ulang belajar dan menelaah berbagai buku, dan beberapa malam kau haramkan dirimu untuk tidur. Aku tidak tau apa mot ivasi yang mendorong mu berbuat itu?. Jika niatmu untuk meraih materi duniawi, menarik serpihannya, dan memperoleh kedudukan, lalu berbangga diri dihadapan kawan-kawan dan orang-orang sesamamu, maka celakalah engkau. Celakalah engkau!. Namun, jika maksudmu adalah demi menghidupkan syariat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyucikan akhlakmu, serta mengalahkan jiwamu yang selalu memrintahkan kejahatan, maka beruntunglah engkau. Beruntunglah engkau..!”
Lalu setelah ikhlas karena Allah swt hal yang perlu diperhatikan lagi adalah cara menuntut ilmu harus sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Sehingga terciptalah suatu ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang pengaruhnya dapat dilihat oleh orang lain dalam diri si empunya ilmu, sebagai cahaya di wajahnya dan rasa takut kepada Allah dalam hatinya, istiqomah dalam tingkah lakunya, jujur kepada Allah dan kepada sesama manusia dan kepada dirinya sendiri. Serta ilmu itu disertai amal dan itulah ilmu yang tak terputus. Maka dari itu menuntut ilmu wajib bagi seorang muslim.
Ilmu mendahului perkataan dan perbuatan
Allah swt berfirman: “ Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah swt, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan…” (QS Muhammad 47:19). Jadi ilmu sangat penting sebelum kita mengatakan sesuatu dan melakukan suatu perbuatan.
Keutamaan ilmu / penuntut ilmu Al-Qur’an
1. Kedudukan orang berilmu disandingkan dengan para malaikat
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [ QS Ali Imraan 3: 18]. Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak ada Ilah yang benar melainkan Dia.
2. Hal yang perlu untuk dimohon ditambahkan
Seperti firman Allah swt: “ Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]. Dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta kepada-Nya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.
3. Orang yang berilmu lebih mulia
Allah swt berfirman : “ Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar 39 : 9]. Dalam ayat ini Allah ta’ala membedakan antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran
4. Yang paling takut kepada Allah swt adalah orang yang berilmu
“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir : 28]. Didalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul khosyah)..
5. Terjaga dari kekafiran
“ Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS Ali Imran 3:110).
6. Jika tidak berilmu seperti binatang ternak
Allah swt berfirman : ” Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf: 179).
7. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujadilah: 11)
Keutamaan ilmu / Penuntut ilmu hadist
1) Dimudahkan jalan ke surga, dimintakan ampun, lebih utama dari ahli ibadah
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih; HR. Muslim)
2) Mendapatkan kebaikan
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
3) Akan hidup terus setelah matinya
“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Didukung oleh ayat: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” [Yasin : 12]
4) Ilmu menghidupkan hati sebagaimana hujan menyuburkan tanah
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5) Diberikan ketenangan, rahmat dan disebut-sebut Allah didepan malaikat
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.” (HR. Muslim).
6) Menjadi orang yang utama
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Agar ilmu menjadi berkah
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Wahai para pengemban ilmu, amalkanlah ilmu kalian. Sebab, orang yang disebut alim adalah orang yang mengetahui ilmu lalu mengamalkannya, dan ilmunya sejalan dengan amalnya. Kelak akan muncul sekelompok kaum yang memikul ilmu ini, tetapi ilmu itu tidak mampu melebihi kerongkongan mereka. Batin mereka berlawanan dengan lahir mereka. Amal dan tindakan mereka bertolak belakang dengan ilmu yang mereka ketahui. Mereka duduk dalam majelis ilmu untuk saling berdebat satu sama lain sehingga ada yang marah kepada rekannya, lalu beralih mendukung orang lain dan meninggalkan rekannya. Amalan mereka dalam majelis tersebut tidak bisa naik kepada Allah ta’ala.” (diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayan al’Ilmu wa Fadhlihi).
a. Memohon kepada Allah swt agar dikaruniai ilmu yang bermanfaat
“Allah telah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk memohon agar selalu dianugerahi tambahan ilmu”. ( QS Thaha :114).
b. Bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan selalu merindukan ilmu
Sesungguhnya seorang hamba butuh kepada kesungguhan dan semangat untuk memperoleh ilmu. Dia paksa jiwanya untuk jauh dari sifat lemah dan malas. Oleh karena itu Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan malas. Karena malas akan menyebabkan terhalanginya seseorang dari mendapatkan kebaikan yang banyak. Dan sebaliknya dengan kesungguhan akan diperoleh banyak keutamaan. Allah swt juga berfirman: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami nisacaya Kami akan tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” [Al Ankabut : 69]
c. Menjauhi segala kemaksiatan dan selalu menjaga ketaqwaan kepada Allah swt
Seperti firman Allah swt didalam ayat-ayat sucinya : “ Dan Bertakwalah kalian kepada Allah, niscaya Allah akan mengajari kalian. Dan Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al baqarah: 282)
“Wahai orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, Dia akan menjadi kalian pembeda antara hak dan yang batil”. (QS. Al Anfal: 29)
d. Jangan bersikap sombong dan jangan malu menuntut ilmu
Aisyah r.a. berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Karena mereka tidak pernah dihalangi rasa malu untuk mendalami agama.”
e. Keikhlasan dalam menuntut ilmu
“Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk mencari Ridho Allah, tetapi ia hanya ingin meraihn tujuan dunia. Maka ia tidak akan mencium bau surga kelak di hari kiamat.” (diriwayatkan Abu Daud dalam sunan-nya, kitab ilmu, bab menuntut ilmu karena Allah).
f. Bersabar
Usaha mencari ilmu membutuhkan pengorbanan besar, bersusah payah, sedikit tidur, meninggalkan aneka kenikmatan dunia, mendatangani para ulama, belajar ulang, berfikkir, mengikuti pelajaran dan sebagainya.
Said bin Jubair rahimahullah berkata, “seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan mengira bahwa dirinya sudah cukup dengan apa yang dimiliki, maka ketika itulah ia menjadi orang bodoh”.
g. Zuhud
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, menjauhi apa yang ada di dalamnya, menjauhi manusia dan memakai pakaian yang kasar, compang-camping. Melainkan mengambil dari dunia segala sesuatu yang mendukung untuk taat kepada Tuhan, menjadikan dunia, harta dan perhiasan hanya ditanganmu saja bukan di hatimu dan menjadikan usahamu dalam dunia untuk membantu ketaatan di akhirat.
h. Bersahabat dengan orang sholeh
“Seseorang tergantung kepada agama teman akrabnya, karena itu, hendaklah seseorang memperhatikan siapakah yang akan dijadiakan teman akrab”.
Sahabat merupakan penarik kalau ia saleh maka ia akan menggandengmu kepada kebaikan, namun kalau tidak baik maka ia akan merusak agama dan duniamu, serta menyibukkanmu dengan urusan dunia, sehingga engkau terhalang dari belajar, berprestasi dan ilmu yang bermanfaat.
Ali bin Abu Thabib r.a, berkata, “janganlah bergaul dengan orang yang bodoh jauhkan dirimu darinya dan dia darimu. Betapun banyak orang penyantun binasa karena bergaul dengan orang bodoh. Seseorang dinilai dari sahabatnya sebab seseorang sama dengan sahabatnya.”
Khatimah
Bertanya adalah kunci ilmu. Bertambahnya ilmu dengan berusaha mencari dan diraihnya ilmu dengan bertanya. Ilmu diperoleh dengan lisan yang pandai bertanya dan hati yang selalu berfikir dan berdzikir. Berambisilah mendaptkan ilmu. Seorang penyair berkata: “Sebaik-baik penghibur dan teman adalah buku”. Seperti hadist yang berbunyi “Saudaraku, takkan kau capai ilmu kecuali dengan 6 hal, kan ku beritahu kepadamu rinciannya dengan jelas : Cerdas, bersemangat, bersungguh-sungguh, bekal materi, bersama guru, dan waktu yang panjang”.
Al-Khatib Al-Baghdadi meriwayatkan dari Al-Junaid bahwa ia berkata : “ Tak seorang pun yang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur kecuali ia pasti mendapatkannya. Kalau pun tidak meraih semuanya, maka sebagiannya”.
Wallahu’alam bhi showwab
Tinggalkan komentar