Parry Park Lakemba, 29 January (Disampaikan oleh Ukhti Rini Umm Halimah dalam Majelis Ta’lim Muslimah Raudhatul Ilmi)
Birrul Waalidain artinya adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Menurut Imam Nawawi, Birrul Waalidain adalah :
“Berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka gembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka”
Al-Imam Adz-Dzahabi, menerangkan Birrul Waalidain bisa terealisasi hanya dengan :
1. Mentaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
2. Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua atau harta yang diberikan orang tua.
3. Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.
***Bila salah satu dari ketiga kriteria itu terabaikan, niscaya seseorang belum layak disebut ‘telah berbakti kepada orang tuanya’.
Berbicara tentang berbakti kepada kedua orang tua tidak lepas dari permasalahan ‘berbuat baik’ dan ‘mendurhakainya’. Mungkin sebagian orang akan merasa lebih ‘tertusuk’ hatinya bila disebut “anak durhaka” ketimbang diberi gelar “hamba durhaka”.
Bisa jadi , itu karena “kedurhakaan kepada Allah SWT” lebih bernuansa abstrak dan kebanyakannya hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja. Lain halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas – amat kelihatan, gampang dideteksi, gampang diperiksa dan gampang ditelaah, sehingga lebih mudah mengubah sosok pelakunya di tengah masyarakat, dari status orang yang baik menjadi orang yang jahat.
Pola pikir seperti itu jelas tidak benar, karena Allah menegaskan dalam firmannya :
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya, dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua…..” (QS. Al – Israa 17:23)
Penghambaan diri kepada Allah SWT, jelas harus lebih diutamakan, karena manusia diciptakan memang hanya untuk tujuan itu. Namun ketika Allah “menggandengkan” antara kewajiban menghamba kepada-Nya dengan kewajiban berbakti kepada orang tua, hal itu menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memang memiliki tingkat urgensi yang demikian tinggi di dalam Islam.
Kewajiban itu demikian ditekankan, sampai-sampai Allah menggandengkannya dengan kewajiban menyempurnakan ibadah kepada-Nya. Jika ia rajin beribadah, rajin bershadaqah, sering menolong orang lain dan banyak lagi kebaikan, tetapi ia memperlakukan kedua orang tuanya dengan tidak baik, maka Allah tetap memandangnya sebagai orang yang tidak baik.
Kedudukan Berbakti kepada kedua orang tua sungguh sangat tinggi sekali di dalam kehidupan, sehingga bisa menghantarkan seseorang itu ‘dilaknat Allah’ Atau ‘dimuliakan Allah’, dibalik semua perkara itu adalah :
1. Memiliki tingkat urgensi yang demikian tinggi dalam Islam, berbakti kepada kedua orang tua bisa menyempurnakan ibadah kepada-Nya.
2. Hukumnya “WAJIB”, sehingga jika tidak terlaksana termasuk “DOSA BESAR”
3. Taat kepada kedua orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Rasulullah SAW bersabda :
“Orang tua adalah ‘Pintu Pertengahan’ menuju surga. Bila engkau mau, silahkan engkau pelihara. Bila tidak mau, silahkan untuk tidak mempedulikannya.”
(HR.At-Tirmidzi)
Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan,” Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?,”Beliau memjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orangtuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduannya, saat umur mereka menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (HR. Muslim)
4. Keridhaan Allah berada di balik keridhaan orang tua.
Arti ridha adalah menerima dan rela, tidak ada ganjalan, bahagia dengan perlakuan anak kepadanya dan tidak membuatnya sedih. Jika orang tua bahagia maka Allah-pun ridha sehingga Allah menurunkan rahmat-Nya kepada si anak. Keinginan atau pengharapan orang tua dari hal-hal yang mubah menjadi wajib buat si anak untuk memenuhinya, apalagi jika itu perkara dari hal-hal yang wajib maka si anak harus segera melaksanakannya.
Rasulullah SAW bersabda :“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan orang tua” (HR. At-Tirmidzi)
5. Membantu meraih pengampunan dosa.
“Seorang lelaki mengadu kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah Aku telah berbuat dosa”. Beliau bertanya,”Engkau mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” , “Bibi ?”, tanya Rasulullah lagi. “Masih.” jawabnya. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”
Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.
6. Membantu menolak musibah.
Dipahami dari kisah tiga orang yang terkurung di dalam gua, dengan amalan-amalan yang telah dilakukan oleh mereka pada akhirnya batu yang menutupi gua itu terbuka, salah satunya karena amalan berbuat baik kepada kedua orang tua. Cerita singkatnya sbb :
Dikisahkan, setiap kali pulang dari mengembala ternak, laki-laki ini selalu memerah susu untuk diberikan kepada kedua orang tuanya juga anak dan istrinya. Susu yang segar diberikan kepada kedua orang tuanya terlebih dulu setelah itu barulah anak dan istrinya. Begitulah cara keseharian laki-laki ini memberi susu kepada keluarganya.
Suatu hari ternaknya membawa laki-laki ini jauh dari rumahnya, sehingga membuatnya pulang larut dan didapatinya kedua orang tuanya sudah terlelap. Seperti biasa laki-laki itu memerah susu untuk diberikan kepada keluarganya. Dia memandangi wajah kedua orang tuanya, sungguh dia tidak suka untuk membangunkan kedua orang tuanya dan diapun tidak suka memberi minum anak-anaknya sebelum kedua orang tuanya meminumnya. Maka diputuskanlah untuk menunggu kedua orang tuanya bangun.
Anak-anaknya menangis dibawah kakinya meminta minum tetapi laki-laki ini tidak memberinya. seperti itulah keadaan mereka hingga terbit fajar. Subhanallah, memuliakan orang tua melebihi kepentingan dari keluarganya. Setelah menceritakan amalannya, laki-laki inipun berdoa meminta pertolongan kepada Allah SWT ;
“Maka kalau Engkau tahu aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit”, lalu Allah SWT bukakan satu celah hingga merekapun melihat langit.
7. Berbakti kepada orang tua dapat memperluas rezeki
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin rezekinya diperluas dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali silatturahim.”(HR.Al-Bukhari-Muslim)
Berbakti kepada kedua orang tua adalah aplikasi yang afdol dalam menyambung silaturahmi karena keduanya adalah orang terdekat, dari rahim ibulah, anaknya dilahirkan.
Dikisahkan, ada seorang pengusaha berhasil, ketika ditanya rahasia dari keberhasilan usahanya, dia menjawab, dia selalu melakukan kunjungan yang teratur setiap harinya ke rumah orang tuanya untuk meminta doa restu dari keduanya, sebelum pergi bekerja. Ketika petang hari dia selalu menyempatkan untuk singgah ke rumah orang tuanya sebelum menemui istri dan anaknya.
8. Doa orang tua selalu lebih mustajab
Terutama ibu, Ibu lebih utama tiga kali ketimbang ayah. Oleh sebab itu doa seorang ibu bagaikan doa seorang nabi kepada umatnya. Jika seorang nabi berdoa, Allah selalu mengabulkannya. Begitupun jika seorang ibu berdoa, tatkala ibu itu seorang yang shalehah, yang selalu menjaga dirinya dari keharaman dan selalu melakukan apa yang menjadi kewajibannya, maka InsyaAllah, Allah akan selalu mendengar untaian kata yang keluar dari mulutnya yang mulia. Setiap perkataan ibu adalah doa, baik itu perkataan yang baik maupun perkataan yang buruk sekalipun. Seorang ibu akan menjaga lisannya karena dia tahu pengaruh dari perkataannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi : doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan doa orang yang terzhalimi.” (HR.Al-Bukhari-Muslim)
9. Berbakti kepada orang tua adalah jihad.
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan, ada seorang lelaki meminta izin berjihad kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Laki-laki ini mempunyai orang tua yang sudah uzur, jika anaknya pergi berjihad maka orang tuanya akan terlantar, tidak ada yang mengurusnya. Mengurus orang tua yang sudah uzur adalah fardhu ain.
MEMULIAKAN ORANG TUA
Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas. Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo !!
Mereka menganggap, orang tuanya adalah beban, yang menghambat aktivitas dan karir mereka, padahal merekapun (anak-anaknya) akan mengalami hal yang serupa yaitu ‘tua’.
Di dalam Islam, Allah telah menghadirkan “Perintah Tegas” di dalam Al Qur’an bagi seorang mukmin untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
“Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya” (QS. Al-Ahqaaf 46 :15)
“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (Qs.An-Nisa 4 : 36)
Berbuat baik (menurut katagori umum bahasa Arab) adalah Ihsan
Berbuat baik khusus untuk orang tua disebut Birr
Yaitu berbuat ihsan dengan segala bentuk hubungan interaktif. Berbuat baik dengan segala cara yang dihalalkan, yang membuat orang tua bahagia.
Ibnu Jarir Ath-Thabari menjelaskan :
“Allah berpesan agar setiap orang melakukan bakti kepada orang tua dengan bentuk perbuatan baik. Namun kepada selain orang tua, Allah hanya memesan ‘sebagian’ bentuk kebaikan itu saja.”
contoh, perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang lain :
“Katakanlah yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah 2 : 83)
Langkah dan tindakan praktis yang seharusnya kita lakukan, bila kita ingin disebut “telah berbuat baik”
1. Bersikap dan pergauli mereka dengan baik, baik dalam berkata-kata, berbuat sesuatu, memberi sesuatu dan meminta sesuatu atau melarang orang tua melakukan sesuatu, meskipun mereka kafir.
“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (QS. Lukman : 15)
2. Berterima kasih atau bersyukurlah kepada mereka, utamakan keridhaan keduanya, dibandingkan keridhaan kita sendiri, istri atau anak kita.
3. Jangan mengungkapkan kekecewaan atau kekesalan, meski hanya sekedar dengan ucapan ‘uh’ atau memperlihatkan air muka kesal. Sebaliknya, bersikaplah rendah hati dan jangan angkuh.
“……maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ …..” (Al-Israa 17: 23).
4. Jangan bersuara lebih keras dari mereka, jangan memutus pembicaraan, jangan berbohong, jangan mengejutkan mereka saat tidur, jangan meremehkan mereka.
“….dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Al-Israa 17: 23)
5. Rawatlah mereka bila sudah tua, bersikaplah lemah lembut dan berupayalah membuat mereka berbahagia, menjaga mereka dari hal-hal yang buruk, serta menyuguhkan hal-hal yang mereka sukai.
6. Berikanlah nafkah kepada mereka, bila memang dibutuhkan, Allah berfirman :
“Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling berhak menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.” (Al-Baqarah 2 : 215)
Seorang anak mengadu kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah! Ayahku telah merampas hartaku, “
Rasulullah berkata, “ Engkau dan juga hartamu, kesemuanya adalah milik ayahmu.”
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
7. Mintalah izin dari keduanya, bila hendak bepergian, termasuk melaksanakan haji (kalau bukan haji wajib), demikian juga untuk berjihad, bila hukumnya fardhu kifayah.
8. Mendoakan mereka, seperti disebut dalam Al-Qur’an :
“Dan ucapkanlah, ‘’Ya Rabbi, berikanlah kasih sayang kepada mereka sebagaimana mereka menyayangiku di masa kecil.” (Al-Israa 17 : 24)
Durhaka kepada kedua orang tua
Ibnu Hajar Al-Haitsami menjelaskan, “Kalau seseorang melakukan perbuatan yang kurang adab dalam pandangan umum, yang menyinggung orang tuanya, maka ia telah melakukan dosa besar, meskipun bila dilakukan terhadap selain orang tua, tidaklah dosa. Seperti memberikan sesuatu dengan dilempar, atau saat orang tuanya menemuinya di tengah orang ramai, ia tidak segera menyambutnya, dan berbagai tindakan lain yang di kalangan orang berakal dianggap ‘kurang ajar’, dapat sangat menyinggung perasaan orang tua.”
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Arti durhaka kepada orang tua yaitu melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua terganggu atau terusik, baik dalam bentuk ucapan ataupun amalan. “
Imam Al-Ghazali menjelaskan, “Kebanyakan ulama berpendapat bahwa taat kepada orang tua wajib, termasuk dalam hal-hal yang masih syubhat, namun tidak boleh dilakukan dalam hal-hal haram. Bahkan, seandainya keduanya merasa tidak nyaman bila makan sendirian, kita harus makan bersama mereka. Kenapa demikian? Karena menghindari syubhat termasuk perbuatan wara’ yang bersifat keutamaan, sementara mentaati kedua orang tua adalah wajib. Seorang anak juga haram bepergian untuk tujuan mubah ataupun sunnah, jika tidak ada izin dari orang tua.
Seringkali seorang anak membela diri saat dikecam sebagai anak yang durhaka terhadap ibunya, dengan pelbagai alasan yang dibuat-buat, atau sekadar mengalihkan perhatian kepada soal lain. ‘Seharusnya kan orang tua itu lebih tahu,’ ‘Seharusnya seorang ibu mengerti perasaan anak,’ ‘Seharusnya seorang ibu itu lebih bijaksana daripada anaknya,’ ‘Seharusnya seorang ibu tidak boleh memaksakan kehendak,’ dan berbagai alasan kosong lainnya. Jika memang si ibu melakukan kesalahan, dengan memaksakan kehendaknya, atau bersikap kurang bijaksana. Namun saat si anak membantah perintah atau larangan ibunya, apalagi dia mengerti bahwa yang dikehendaki oleh ibunya itu adalah baik, meski kurang tepat, tidak pelak lagi, si anak telah berbuat durhaka. Di sinilah seharusnya ‘kunci kesabaran’ dan tingkat ‘kesadaran’ terhadap syariat Allah, juga penghormatan terhadap orang tua, dengan mengambil jalan ” mengalah”, meskipun ia harus mengorbankan banyak hal, termasuk harta, dan juga cita-citanya. Selama hal itu dapat membahagiakan sang ibu, seharusnya ia berusaha untuk memenuhi kehendaknya.
Yang harus diingat adalah
** Durhaka termasuk dosa besar yang terbesar**
Dari Abu Barkah, Rasulullah SAW Berkata, “Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?, para sahabat menjawab,”Tentu mau”. Rasulullah SAW, Beliau berkata, “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, Beliau berkata lagi, “….ucapan dusta, persaksian palsu…..” Beliau terus meneruskan mengulang perkataannya itu, sampai kami (para sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR. Al-Bukhari – Muslim)
**Orang yang durhaka terhadap orang tua akan mendapatkan balasan ‘cepat’ di
dunia, selain ancaman akherat**
Rasulullah SAW berkata, “Ada dua bentuk perbuatan dosa yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia; Memberontak terhadap pemerintahan Islam yang sah dan durhaka terhadap orang tua.” (HR. Al Hakim)
** Jasa orang tua, tidak mungkin terbalas**
Rasulullah SAW berkata:
“Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim) Jika anak dilahirkan dari seorang budak tentu saja anaknyapun menjadi budak Seorang budak tentu saja tidak bisa membebaskan ayahnya yang sama-sama budak, suatu kemustahilan, seperti itulah perumpamaan jasa orang tua.
Berbuat baik yg bagaimanakah jika orang tua sudah meninggal ?
Ada beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada orang tua, yang masih dapat kita lakukan saat kedua orang tua atau salah satunya sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Berikut ini ada beberapa perbuatan yang bisa dilakukan di antaranya:
Pertama: Melaksanakan perjanjian dan pesan orang tua.
Diriwayatkan dari Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia menuturkan,
“Wahai Rasulullah! Ibuku pernah berpesan kepadaku untuk memerdekakan seorang budak wanita yang beriman. Aku memiliki seorang budak wanita berkulit hitam. Apakah aku harus memerdekakannya?” “Panggil dia.” Sabda Rasulullah SAW.
Saat wanita itu datang, beliau bertanya, “Siapa Rabbmu?” Budak wanita itu menjawab, “Allah.” “Lalu, siapa aku?” Tanya Rasulullah SAW lagi. Wanita itu menjawab, “Engkau adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliaupun bersabda, “Merdekakan dia. Karena dia adalah wanita mukminah.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasaai)
Kedua: Mendoakan orang tua, membacakan shalawat dan memohonkan ampunan baginya.
Ibnu Rabi’ah meriwayatkan: Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah SAW! Apakah masih tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya. Bacakanlah shalawat untuk mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka, peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup, juga, hormati teman-teman mereka.”
(HR. Al Hakim, hadist ini shahih menurut Imam Bukhari dan Imam Adz-Dzahabi, tetapi mereka tidak mengeluarkan hadist ini)
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di Surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu.” (HR.Ahmad dan Ath-Thabrani)
Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada orang tua adalah munculnya pengharapan agar mereka selalu hidup berbahagia. Bila mereka sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, membacakan shalawat untuknya serta memohonkan ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut bukanlah hal-hal yang remeh. Dan juga, amat jarang anak yang mampu secara telaten melakukan semua kebajikan tersebut. Padahal sudah seyogyanya setiap anak berusaha melakukannya.
Ketiga: Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat mereka.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup.” (HR.Abu Ya’la)
Keempat: Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan orang tua
Sa’ad bin Ubadah pernah bertanya, “Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa yang terbaik, yang bisa kulakukan untuknya?” Rasulullah SAW menjawab, “Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: ‘pahala penggunaan sumur ini, untuk ibu Saad.” (HR. oleh Abu Dawud dan An-Nasaa-ie)
Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsan menegaskan, “Apabila kita sudah menyadari betapa besar hak seorang ibu terhadap anaknya, dan betapa besar dosa perbuatan durhaka terhadapnya, atau dosa sekadar lalai memperhatikannya,cobalah, segera berbakti kepadanya, maafkan segala kekeliruannya di masa lampau, berusaha dan berusahalah untuk selalu menjalin hubungan baik dengannya. Berusahalah untuk menyenangkannya, dan dahulukan upaya memperhatikannya daripada segala hal yang kita sukai. Berupayalah untuk memenuhi kebutuhannya selekas mungkin, jangan sampai menyusahkannya.
Ingatlah firman Allah:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.” (Al-Israa : 24)
Semua hal di atas bukanlah ’segalanya’ dalam upaya berbuat baik terhadap orang tua. Kita teramat sadar, bahwa ‘hak-hak’ orang tua, jauh lebih besar dari kemampuan kita membalas kebaikan mereka. Mungkin lebih baik kita tidak usah terlalu berbangga diri, kalaupun segala hal diatas telah dapat kita wujudkan dalam kehidupan nyata. Orang tua adalah manusia yang pertama kali berbuat baik kepada kita, karena dorongan kasih sayang dan terlebih-lebih karena penghambaan diri mereka kepada Allah SWT . Sementara kita hanya memberi balasan, setelah terlebih dahulu kita menerima kebaikan dari mereka. Sehingga, bagaimanapun, nilainya jelas akan berbeda. Jasa Orang tua tidak mungkin terbalas.
Demikianlah sekilas tentang berbakti kepada kedua orang tua. Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu ‘alam bisawab.
Subhanallah, terima kasih infonya.
baca juga:
http://santrigaul.net/berbakti-kepada-orangtua-2/