Kedermawanan Abdurahman bin Auf
presented by Arina Ummu Tsurayya
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang luar biasa, dan merupakan salah satu dari golongan orang yang pertama memeluk islam (ashabiqul awwalun). Dia dikenal sebagai sahabat nabi Muhammad saw yang paling kaya dan dermawan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga.(H.R Abu Dawud). Selain itu, beliau juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Sepuluh tahun setelah tahun gajah adalah Kelahiran Abdurahman bin Auf yang dilahirkan di Makkah. Ketika sinar kenabian mulai memancar ia telah berusia tiga puluh tahun. Ia lebih muda sepuluh tahun dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan lebih tua tiga tahun dari Umar bin Khatthab.
Dari Abdurrahman bin Auf berkata, nama asli beliau sebelum memeluk islam yaitu Abdu ‘Amr bin Auf dan ada pula yang menceritakan nama beliau itu Abdul Ka’bah. Setelah keislamannya, Rosulullah saw mengganti namanya menjadi Abdurrahman bin Auf.(H.R Hakim,disahikan oleh ad- Dzahabi). Dengan nama lengkapnya Abdurrahman bin Abdu Manaf bin Abd al- Harits bin Zuhroh bin Kilab bin Murrah al- Quraisy al- Zuhri atau yang lebih dikenal sebagai Abdurrahman bin Auf yang mana nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah saw pada Kilab bin Murrah. Sedangkan nama kunyahnya atau nama sapaan beliau yaitu nama yang dinisbatkan kepada putra lelakinya, Abu Muhammad.
Sedangkan ayahnya adalah Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al-Harits Az-Zuhri, yang merupakan salah seorang tokoh terkemuka di Bani Zuhrah. Sementara ibunya adalah Asy-Syifa binti Auf Az-Zuhriyah, ia masuk islam berbai’at kepada Nabi saw, menjadi seorang sahabiyah yang baik, dan mendapatkan kebahagiaan dengan keislamannya.
Semasa hidupnya ia senantiasa menyertai Nabi saw. dalam semua peperangan besar. Mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Perang Khaibar, Penaklukan kota Makkah, Hunain, hingga Perang Tabuk. Abdurahman bin Auf juga termasuk 10 sahabat yang membaiat Nabi dalam Baiat Ridhwan, di Hudaibiyyah. Selain itu, beliau juga tergolong10 sahabat yang mendapat jaminan masuk surga. Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun ia tetap sabar dan tabah. Dan pada akhirnya Abdurrahma pun turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraiys.
Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Kemudian, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi Al-Anshari. Dimana Sa’ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah. Ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolaknya. Ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!.
Dengan kemampuannya berniaga sehingga Abdurahman bin Auf dikenal sebagai sosok paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. ketika Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Dan beliau lah sebagai pelopor dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Dari Az-Zuhri menuturkan, “Abdurrahman bin Auf telah membelanjakan separo hartnya di zaman Nabi saw. Setelah itu, membelanjakan 40,000 Dinar,500 kuda dan 500 kendaraan.” Jika dinominalkan dengan ukuran mata uang saat ini dimana 1 Dinar = 4,25 gram (Rp. 700.000) berarti dikalikan 40.000 sehingga total harta yang disedekahkan dijalan dakwah mencapai Rp. 119 milyar.
Sementara Ibn Hajar menuturkan, “Ada yang mengatakan, dia telah membebaskan 30 budak setiap hari.” [al-Ishabah, Juz IV/291]. Dan Ja’far bin Burqan berkata, “Telah sampai kepadaku, Abdurrahman telah membebaskan 30,000 budak.” ([Hr. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah). Selain itu, Bin Auf pernah menyumbangkan 500 kuda untuk kepentingan pasukan perang dan Juga menyumbang 1500 kendaraan penuh logistik perang.
Bahkan sebelum meninggal dunia, ia mewasiatkan agar 50 ribu dinar untuk kepentingan jihad di jalan Allah, 400 dinar untuk para veteran perang badar yang masih hidup. Disisi lain, Utsman bin Affan yang terbilang kaya-raya pun mengambil bagiannya, dan berkata, Harta kekayaan Abdurrahman bin Auf halal dan bersih. Memakannya akan membawa keselamatan dan berkah.
Sisi lain kedermawanan Abdurahman bin auf saat pulang berdagang, dimana Anas bin Malik berkata, “Ketika Aisyah sedang berada di rumahnya, dia mendengar suara gemuruh di Madinah. Dia bertanya, “Suara apakah itu?” Mereka berkata, “Kafilah Abdurrahman bin Auf telah datang dari Syam membawa segala hal. Anas berkata, “Saat itu jumlahnya tuju ratus unta. Madinah pun terguncang oleh suaranya. Kemudian Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Ketika berita ini sampai ke Abdurrahman bin Auf, ia berkata, “Jika sanggup, aku akan memasukinya dengan berdiri” Maka dia pun membelanjakan seluruh kafilah tersebut dengan semua bawaannya di jalan Allah Azza wa Jalla.” [Hr. Ahmad, at-Thabrani, Abu Nu’aim]
Utsman bin As-Syarid berkata, “Abdurrahman bin Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 domba di Baqi’, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’. Di Al-Jurf dia menanam dengan menggunakan 20 penyiram tanaman, dan menjamin makanan pokok keluarganya selama setahun.” [Hr. Hakim]. Dari Syaqiq bin Salamah, “Abdurrahman mendatangi Ummu Salamah dan berkata, “Wahai Ummul mukminin, aku sungguh takut celaka. Aku adalah orang yang paling kaya di Quraisy. Aku baru saja menjual tanah seharga 40,000 Dinar! Ummu Salamah berkata, “Infakkanlah wahai anakku, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ada di antara sahabatku yang tidak akan melihatku setelah aku berpisah dengannya.” [Hr. Ahmad, al-Bazzar dan Ibn Abdil Barr]
Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian. Kepada putra Abdurrahman bin Auf, Aisyah menuturkan, “Allah memberi ayahmu minuman dari mata air salsabil di surga.” karena dia memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak 40,000 Dinar.” [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim]
Hadits diatas diperjelas oleh Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Aisyah ra, “Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya urusan kalian merupakan salah satu hal penting yang aku tinggalkan nanti. Tidak akan ada yang bisa bersabar mengurus kalian, kecuali orang-orang yang bersabar.” Aisyah berkata, “Maka Allah memberi ayahmu [Abdurrahman] minuman dari mata air salsabil di surga.” karena dia memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak empat puluh ribu dinar.” [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim]
Beberapa wasiat yang diungkapkan oleh Abdurahman bin Auf yaitu Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?””Abdurrahman bin Auf,” jawab si petugas. Aisyah berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘’Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.” Wasiatnya untuk 100 veteran Perang Badar, masing-masing mendapatkan 400 Dinar.
Ibn Sa’ad, al-Hakim, dan lainnya meriwayatkan, dari Utsman bin As-Syarid, “Abdurrahman bin Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 doma di Baqi’, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi’. Di al-Jurf, dia menanam dengan menggunakan 20 penyiram tanaman, yang menjamin makanan pokok keluarganya selama setahun. Sedangkan, Ibn Asakir meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, “Abdurrahman bin Auf mewasiatkan 50,000 Dinar di jalan Allah. Setiap orang mendapat bagian darinya sebanyak 1000 Dinar.”
Saat wafat, dia meninggalkan 4 isteri,dan masing-masing mendapatkan Rp. 297,5 milyar. Anas bin Malik menuturkan, “Aku telah melihat setiap orang dari istrinya mendapat bagian setelah kematiannya sebesar 100,000 Dinar.”.
Adapun rahasia sukses Abdurrahman bin Auf meyakini betul firman Allah SWT:
اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ﴾ “
Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia kehendaki, dan menyempitkannya.” [Q.s. ar-Ra’d: 26]
Ayat seperti ini diulang lebih dari sekali dalam al-Qur’an, setidaknya ada 9 kali. Jadi, Allahlah yang menjadi sumber rizki, yang melapangkan dan menyempitkan rizki hamba-Nya bukan semata karena usaha dan kehebatan manusia. Allah memberikan dan melapangkan rizki seseorang karena beberapa factor diantaranya:
- 1- Keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT [Hr. Bukhari];
- 2- Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT [Q.s. al-A’raf: 96]
- 3- Ikhlas, tawadhu’, tidak sombong, wara’ dan zuhud [Q.s. as-Syura: 27].
- 4- Harta tidak akan berkurang karena diinfakkan. Justru, akan bertambah. Allah berfirman [Q.s. Saba’: 39]
- 5- Hanya mencari dan menggunakan rizki yang halal dan thayyib [Q.s. al-Baqarah: 168]
- Menyukuri nikmat dan anugerah yang Allah SWT berikan, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit akan menambah rizki [Q.s. Ibrahim: 7]
- Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT [Q.s. Yusuf: 87]
- Bekerja keras dan berusaha terus-menerus tanpa mengenal lelah, dan mempraktikkan hukum sebab-akibat [Q.s. al-Qashash: 77 dan al-An’akabut: 69].
- Output keimanan dan ketakwaan dalam bisnis adalah kejujuran, amanah, qana’ah, selalu bersyukur, tidak hasad terhadap pesaing bisnis, wara’, dan zuhud.
khatimah
Sosok Abdurahman bin Auf yang wafat padat tahun 32 H, diusia 75 tahun dan dimakamkan diMadinah di pemakaman Baqi’, yang disyafaati Rasulullah saw adalah seorang lelaki yang penuh semangat dan tanggungjawab. Dimana Ketika berlaga di medan perang, ia sangat bersemangat seperti singa menerkam mangsanya dan tatkala sedang khusyuk beribadah, ia begitu syahdu sebaliknya saat berbisnis seakan-akan ia akan hidup selamanya sehingga bisnisnya sukses besar. Begitulah sosok Abdurrahman bin Auf, bukan harta berlimpa yang membawanya masuk surga atau neraka, tetapi mencari dan membelanjakannya sesuai dengan ridha Allah SWT. Sehingga membelanjakan harta semata untuk Allah, tidak membuatnya berkurang, justru semakin bertambah dan berkah dengan catetan haruslah ikhlas, tawadhu’, ulet, kreatif, wara’, zuhud, qana’ah, dan terus-menerus mendekatkan diri kepada Allah akan kunci kesuksesannya.
Wa allahu a’lam bi ashowab
Tinggalkan komentar